Minggu, 19 Mei 2013

Taktik Pemasaran Media Sosial Apakah yang Memberikan Hasil Terbaik?

Dalam sepuluh tahun terakhir, pemasar telah bekerja keras menyesuaikan diri dengan era baru keterlibatan pelanggan yang mendalam. Banyak perusahaan yang merestrukturisasi organisasi pemasarannya dengan menciptakan organ fungsional baru, seperti manajemen media sosial. Divisi ini bertugas untuk mengintegrasikan kampanye iklan online, televisi, dan cetak, dan ditambah staf dengan keahlian di bidang Web untuk mengelola ledakan data pelanggan digital.

Akan tetapi, itu saja tidak cukup. Untuk benar-benar terlibat pelanggan, iklan saja semakin tidak relevan dan perusahaan harus melakukan langkah yang lebih di luar batas-batas organisasi pemasaran tradisional. Dalam lingkungan pemasaran di mana perhatian konsumen semakin terfragmentasi, ide untuk menggunakan konten sebagai cara untuk menangkap minat dan keterlibatan konsumen kini banyak diminati pemasar.

Di Indonesia, jenis pemasaran media sosial ini masih belum berkembang. Sebagian besar pemasarar, apakah itu melalui website atau media sosial, masih berfokus pada informasi langsung yang berkaitan dengan suatu event atau produk. Mereka kebanyakan berfokus pada kontes dengan iming-iming hadiah karena sebagain besar objektif mereka adalah untuk memperbanyak pengikut.  

Konten pemasaran adalah format pemasaran yang melibatkan penciptaan dan media berbagi serta  publikasi konten untuk mendapatkan pelanggan. Informas ini dapat disajikan dalam berbagai format, termasuk berita, video, kertas putih, ebooks, infographics, studi kasus, pedoman cara, Q & As, foto, dan sebagainya. Konten pemasaran tidak berfokus pada penjualan, tetapi hanya pada berkomunikasi dengan pelanggan dan prospek. Idenya adalah untuk menginspirasi bisnis dan membangun loyalitas pembeli dengan memberikan informasi yang berharga dan konsisten.

Dalam pandangan para pemasar, konten yang menarik dapat membantu pemasar bercerita, tetapi I sisi lain dapat menjadi suatu yang rumit dan mahal.  Jadi strategi konten yang bagaimana yang dapat menghasilkan laba atas investasi (ROI) yang menarik  bagi pemasar?


Sebuah studi yang dilakukan terhadap para pengalbil keputusan pemasaran di seluruh dunia yang dilakukan CopyPress, sebuah perusahaan perangkat lunak yang mengkhususkan diri dalam alat pemasaran konten.pada Januari 2013 lalu, mendapati  jenis konten yang paling hemat biaya adalah artikel, video dan whitepaper. Secara khusus, untuk artikel, yang paling memenuhi ROI adalah  artikel fitur. Sekitar 62,2% responden menyatakan bahwa artikel fitur memiliki ROI terbaik.

Sebenarnya, video juga merupakan strategi konten banyak digunakan oleh pemasar. Sekitar 51,9% dari pemasar menyatakan bahwa video menghasilkan ROI terbaik. Namun studi ini juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi pemasar bila menggunakan video. Video adalah jenis konten yang oleh 49,8% reponden digambarkan sebagai "sulit dalam membuatnya." Jenis media lain yang menantang pemasar adalah media interaktif, infographics, dan motion graphic. Meskipun fakta bahwa banyak pemasar menuai keberhasilan dengan konten video, setengah percaya bahwa video itu "terlalu mahal."


Penerbitan artikel dan whitepaper sepertinya bisa menjadi solusi konten padat karya dan kurang kompleks. Akan tetapi, media ini memmberikan tantangan tersendiri. Satu pertanyaan banyak pemasar minta adalah peran apa yang harus dimainkan penulis dalam penciptaan pemasaran konten. Haruskah artikel berasal dari individu-individu tertentu, atau harus fokus berada di merek secara keseluruhan?

Penelitian CopyPress menemukan bahwa sekitar dua-pertiga dari responden menganggap penulis memainkan peran penting dalam strategi pemasaran konten mereka, sementara sepertiga tidak. Tapi di sisi lain, studi ini juga menemukan bahwa karangan umumnya mengacu pada apakah artikel harus mencantumkan nama penulisnya? Kedua, apakah penulis tersebut harus individu terkenal?

Rabu, 15 Mei 2013

Decide - Better ways of making better decisions


Setiap orang harus mengambil keputusan. Dalam perusahaan misalnya, semua orang mulai dari CEO ke bawah dibayar untuk membuat keputusan. Seorang presiden sebagai panglima perang misalnya, ketika menghadapi situasi gawat dia harus memutuskan menyerbu atau bertahan. Di masa dama, dia harus memutuskan apakah berhenti atau meneruskan jabatannya.

Pilihan itu juga dihadapi oleh bawahan, seorang office boy misalnya. Setiap hari dia akan dihadapkan apakah harus memungut sampah yang berceceran ketika bosnya sedang makan atau membiarkannya hingga sang bos selesai makan.

  
Situasi ini memberi gambaran bahwa sebagai individu, sepanjang kehidupannya, seseorang selalu dihadapkan pada persoalan yang memaksa orang tersebut mengambil keputusan. Pemilik dan pengelola perusahaan juga harus mengambil keputusan, bila tidak membuat keputusan, perusahaan akan mati.

Kalimat padanannya adalah setiap orang harus mengambil keputusan. Dalam perusahaan, semua orang mulai dari CEO ke bawah dibayar untuk membuat keputusan. Sebagai individu, sepanjang kehidupannya, seseorang dihadapkan pada persoalan yang memaksa orang tersebut mengambil keputusan dan mendapatkan manfaat atau kerugian dari keputusannya itu. Dengan kata lain, pengambilan keputusan (decision making) dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana anggota organisasi memilih mengambil tindakan tertentu sebagai respon terhadap peluang atau masalah yang dihadapi.

Dalam konteks ini pengambilan keputusan bisa dianggap sebagai respon terhadap peluang untuk menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi organisasi tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan sebagai respon terhadap masalah, tentu saja, bertujuan untuk mengatasi masalah atau hambatan yang mengancam kinerja organisasi.
Konsekuensinya, apabila pemilik dan pengelola bisnis dan perusahaan tidak membuat keputusan, mereka akan mati. David Wethey, penulis Decide, menunjukkan bagaimana hal ini telah dibuktikan melalui naik turunnya perusahaan yang sebelumnya kuat seperti Marconi, Chrysler, Cadbury Schweppes dan Lehman Brothers. Manajemen mereka selalu membanggakan dirinya pada pengambilan keputusan yang kuat. Akan tetapi, ketika mereka memutuskan untuk fokus pada masa depan yang tidak pernah datang dan meninggalkan “emas” yang nyata-nyata ada di tangan dan menguntungkan, mereka tergilas.

Anda masih ingat berapa kali dan berapa banyak wacana yang muncul di pentas politik Indonesia soal pengurangan subsidi bahan bakar minyak? Sejak kenaikan harga minyak dunia yang begitu sulit ditebak, lebih dari tujuh wacana tentang pengurangan subsidi tersebut, mulai dari penjatahan, kenaikan harga hingga yang belakangan muncul yakni dualisme harga bahan bakar minyak. Namun apa yang diputuskan? Sampai kini belum ada sama sekali.

Sebagai sebuah pemikiran Decide -- yang terdiri atas 312 halaman termasuk cover -- bisa dianggap telah memprovokasi pemikiran. Ini karena buku ini banyak menggunakan pendekatan praktis dalam pengambilan keputusan. Seperti yang dikatakan David Wethey, penulis Decide, hidup memberi seseorang tantangan untuk membuat keputusan. Suka atau tidak, setiap orang perlu melatih keterampilan ini setiap hari – baik di tempat kerja, di rumah, bahkan  setiap aspek kehidupan kita.

Namun, yang sering terjadi adalah seseorang membuat keputusan tanpa benar-benar mempertimbangkannya secara kontekstual, mengkaji pilihan dan meikirkan serta memprediksi implikasi dari tindakan kita. Atau lebih buruk lagi, akhirnya mengelola konsekuensi dengan cara menghindari mengambil keputusan yang sulit.

Disini, seperti yang dijanjikan Wethey, jika mengikuti dengan tekun materi yang dipaparkan dalam buku ini benar, kemungkinan pembaca untuk berkontribusi dan membuat keputusan yang efektif bukan sekadar angan-angan.  Ini membuktikan bahwa sebenarnya pengambilan keputusan tidak harus menjadi suatu panjang sehingga tidak sampai memunculkan kegaduhan. Pemikiran dan tips-tips dalam buku ini  membantu pembaca membuat keputusan yang tepat, dan memilih dari pilihan dengan bijaksana, apakah Anda memiliki waktu 60 hari, 60 menit atau hanya 60 detik. Syaratnya, Anda harus mampu menggabungkan pemikiran rasional dan lateral. 

Buku ini cocok untuk praktisi bisnis secara luas dan audience profesional serta pembaca umum. Ini  karena bahasa yang ditampilkan dalam buku ini sederhana dan tidak diisi dengan jargon atau model bisnis yang rumit. Studi kasus yang ditampilkan juga universal dan menarik untuk membangun argumen. Diakui bahwa pengambilan keputusan tidak mudah, ada aturan yang bekerja. 

Dengan contoh-contoh yang diambil dari organisasi atau orang-orang berlatar belakang politik, olahraga, bisnis, militer dan bahkan situs kencan, Decide menekankan pentingnya kedua pemecahan masalah secara kreatif dan mengelola keputusan seluruh.

Menurut Wethey, ada lima aturan dalam pengambilan keputusan.  Pertama, setiap keputusan penting adalah perjalanan (journey), bukan satu langkah. Kedua, Anda harus mengajukan pertanyaan yang tepat di awal untuk memastikan Anda beroperasi dalam bingkai yang benar. Ketiga, plotting skenario adalah bagaimana Anda datang ke keputusan yang tepat, dan untuk itu Anda perlu intelijen yang seterbaik mungkin.

Keempat, eksekusi merupakan satu hal yang sangat penting. Sebuah keputusan besar bila dieksekusi secara buruk akan gagal. Kelima, belajar dan umpan balik sangat penting, karena pengambilan keputusan adalah aktivitas yang terus terus menerus dan setiap keputusan yang Anda ambil akan menginformasikan keputusan lain yang Anda harus buat di masa depan (Halaman 94)



Buku ini terdiri atas 11 bab. Bab pertama buku ini disebut penulisnya sebagai Dreams and Determination. Di bab ini, penulis memaparkan kisah dari beberapa orang yang luar biasa. Kisah-kisah tersebut diperoleh penlis dari berbagai wawancara. Yang diwawancarai adalah individu-individu luar biasa di bidangnya. Para professional tersebut memiliki berbagai latar belakang profesi, mulai dari angkatan bersenjata, politik, hukum, kedokteran, akademisi, amal, olahraga, perjudian dan sebagainya. Dari berbagai wawancara tersebut, penulis yakin bahwa ada korelasi yang jelas antara keberhasilan dan kemampuan pengambilan keputusan.

Bab 2 (Mimpi Buruk) menampilkan hal yang sebaliknya. Bab ini memaparkan tentang hal-hal yang bisa salah, dan mengapa bisa salah. Tidak ada orang yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan itu mudah. Beberapa derajat kesalahan seringkali tidak bisa dihindari. Bab ini tidak dimaksudkan untuk membangkitkan rasa takut akan kegagalan, melainkan untuk menunjukkan beberapa perangkap yang mungkin bisa membuat orang terperngkap dalam kegagalan. Melakukan kesalahan baik saat ini maupun di kemudian hari adalah bagian dari menjadi manusia. Akan tetapi menghindari bencana serius adalah sama pentingnya dengan mengejar sukses.

Semua keputusan bukanlah sesuatu yang berjalan dalam satu tahapan. Dalam buku ini, perjalanan keputusan secara efektif dimulai pada Bab 3 yang menekankan pentingnya peluang - mengidentifikasi dan mengeksploitasi mereka. Identifikasi ini juga bermanfaat untuk menemukan kekuatan. Seperti diketahui, kalangan akademisi telah membuat kemajuan besar dalam memahami cara otak bekerja.

Pikiran sadar seseorang hanya bisa mengatasi sebagian kecil dari apa yang kita lihat dan alami. Otak bawah sadar jauh lebih dari pikiran bawah sadar sepertiyang dikatakan Freud dan Jung. Ibarat sebuah system control, otak bawah sadar manusia berperan dalam membentuk sikap, keyakinan, kebiasaan dan persepsi. Otak bawah sadar juga merupakan pabrik komputerisasi yang mengendalikan kemampuan fisik kita, seperti fungsi motorik, detak jantung, pernapasan, pencernaan dan sebagainya.

Konteks ini dibahas penulis di Bab 4 dengan sub tema Pengambilan Keputusan yang cerdas. Menurut penulis, pengambilan keputusan yang cerdas adalah gabungan antara pemikiran dan pemanfaatan kekuatan otak bawah sadar. Akan tetapi, pengambil keputusan biasanya dihadapkan pada kendala waktu. Waktu yang tersedia untuk membuat keputusan adalah titik fokus dari buku ini. Sangat penting untuk mengetahui seberapa banyak rentang waktu yang kita miliki ketika dihadapkan pada keharusan mengambil keputusan.
Bab 5 buku ini membahas masalah waktu dan keajaiban nomor 60. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa semakin cepat seserang dalam mengmbil keputusan, semakin naluriah kita harus bertindak. Menurut penulis, pada dasarnya otak bawah sadar dapat mengelola sendiri cukup banyak tantangan. Karena itu. pengambilan keputusan cepat adalah fungsi dari pelatihan dan pengalaman.

Artinya, dalam situasi darurat, orang terlatih dan berpengalaman memiliki rasa percaya diri akan kemampuan mereka dan keputusan yang mereka buat, dan saat yang sama mereka melakukan hal tersebut dengan penuh kehati-hatian. Kalau demikian, apakah hanya orang-orang seperti pilot pesawat tempur, pemadam kebakaran, tentara dan wasit yang bisa membuat keputusan cepat?

Tidak juga, karena kalau diperhatikan, banyak motivasi yang muncul ketika seseorang berada dalam dalam keadaan stress. Ketika seseorang menghadapi suatu tekanan, reaksi alami yang muncul adalah defensive, membantu orang lain, menyelamatkan nyawa, atau menghindari bahaya. Sekarang kita menyadari bahwa kita semua memiliki sejumlah 'keterampilan autopilot' akibat dari pengalaman yang kita dapatkan saat mengemudi mobil, dan menghadapi jalan-jalan padat dan stasiun di jam sibuk, memasak, bermain sepak bola dan menggunakan komputer atau smartphone. Pada situasi seperti itu, tidak banyak waktu untuk melakukan analisis rinci. Keputusan harus segera dibuat karena kalau menggantung, Anda akan kehilangan.

Dalam konteks saat ini, penulis membahas kekuatan media sosial. Selain menyediakan akses ke seluruh area, media sosial memberi semua daerah untuk mengakses kita. Kecepatan komunikasi melalui media sosial membuat suatu pesan menjadi tidak dapat ditarik kembali sehingga mengubah aturan keterlibatan bagi semua orang di mata publik. Ketika dilanda kontroversi atau skandal, pilihan bagi para politisi, pemimpin bisnis dan bahkan manajer sepak bola mau tetap tiarap dan tidak membuat komentar atau terlibat.

Sebelum menutup buku ini dengan berbagai tips yang bisa dipraktekkan ketika seseorang mengabil keputusan, penulis menyisipkan bab keputusan yang berkaitan dengan “cinta.” Agak aneh memang. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, topik itu menjadi relevan karena pada setiap waktu, tahapan, dimanapun, cinta selalu menjadi perhatian utama. 

Meski demikian, analisis yang ditampilkan Wethey dalam bukunya ini tetap didominasi dengan dasar  konteks bisnis. Menurut Wethey, untuk menjadi pembuat keputusan yang baik Anda harus menjadi perencana keputusan yang baik. Perencanaan keputusan dapat secara signifikan ditingkatkan dengan membentuk sebuah tim, dan di perusahaan-perusahaan dan organisasi tidak ada pilihan selain membentuk Tim.

Sebab bagaimanapun seorang individu memiliki kapasitas yang terbatas. Bila dua orang atau lebih bekerjasama output mereka tidak hanya menjadi tidak hanya sekadar penambahan atau penjumlahan dari dua kemampuan individu bersangkutan yang dicapai bila bekerja secara individu. Dengan bekerjasama, mereka mampu meningkatkan kegunaan kekuatan masing-masing dan saling menutupi kekurangan masing-masing.   

Taktik Ultra Jaya Memanfaatkan Sosial Media

Media sosial bisa menjadi sarana perusahaan untuk berkontak sosial dengan pelanggan mereka. Dengan kata lain, media sosial menyediakan ruang pertemuan antara perusahaan dengan pelanggan maupun antarpelanggan sendiri.

Di sisi lain, pertemuan adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia. Ini mempunyai makna bahwa media sosial tidak hanya dipandang sebagai saluran baru untuk mencapai dan berinteraksi dengan pelanggan, melainkan juga secara fundamental mengubah cara perusahaan dalam mengidentifikasi, mengembangkan, mengedukasi, dan mendukung pelanggan.


Sebagai media kampanye, media sosial memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan interaksi langsung gaya lama. Saat ini, di mana-mana orang memperbincangkannya, entah itu pelayan, sopir taksi, pemilik toko, penjual, maupun orang yang duduk di samping meja makan Anda. Bahkan media sosial kini menjadi trend setter sehingga ketika seseorang tidak memiliki satu akun merasa tertinggal. Karena itu, wajar setiap muncul satu bentuk media sosial baru orang, termasuk perusahaan,  berbondong-bondong mengaplikasinya. Salah satu alasannya adalah kita takut didahului oleh orang lain. 

Media sosial adalah sarana, bukan tujuan. Dalam konteks ini, media sosial seringkali disalahkan ketika tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Orang atau perusahaan sering membuat akun di setiap situs media sosial yang baru muncul, menghabiskan sedikit waktu berharga yang mereka miliki, tetapi kemudian meninggalkannya sampai mati sendiri jika tidak ada hasil yang segera dinikmati.

Manajemen PT Ultrajaya termasuk pemilik brand yang menyadari peran penting social media dalam meraih segmen ‘melek’ internet. Sejak 2010, dua brand utama yang mereka miliki—Ultra Milk dan Teh Kotak, mulai  membina komunikasi dengan target consumer-nya melalui social media. MIX mengamati, akun Thanks to Nature milik Teh Kotak mendapatkan lebih dari 10 ribu fans yang me-“like” Facebook-nya, sedangkan di Twitter ia  di-follow oleh lebih dari 8 ribu akun.  Mymilk_id milik Ultra juga memiliki hampir 8.500 follower di mikrobloging Twitter. Sementara di Facebook interaksinya lebih spektakuler lagi. Ada lebih dari 48 ribu akun memberikan “like” pada komunitas yang  diperkenalkan untuk memopulerkan budaya minum susu cair segar tersebut.

Website kedua akun juga terbilang interaktif.  Head of Marketing PT Ultrajaya Siska Suryaman kepada Nurur Bintari dari Majalah MIX  mengungkapkan, Website kedua brand utama itu sudah mulai dibangun setahun sebelumnya, dan kemudian diintegrasikan dengan digital media, termasuk dalam membina komunitas.   Masuknya Ultra Group ke dalam pusaran social media ini tentu bukan sekadar mengikuti tren.

Siska menilai digital media memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media konvensional sepanjang dirawat secara konsisten. Yang paling penting adalah kecepatannya dalam men-deliver pesan dengan cukup baik melalui kemampuan blast-nya.

Bukan cuma untuk menginformasikan kegiatan. Secara terintegrasi media sosial mereka manfaatkan untuk mengirimkan pesan-pesan terkait dengan campaign yang mereka miliki. Seperti sudah disinggung di atas, akun Mymilk di Facebook dan Twitter bertujuan untuk mempopulerkan budaya minum susu cair, sementara Thanks to Nature (TTN)-nya Teh Kotak menyampaikan pesan mengenai kepedulian terhadap alam.

Agar tidak menjadi generik, TTN tidak sekadar mengampanyekan green living, namun juga menyerukan ajakan perubahan kebiasaan hidup. “Kami melihat Facebook dan Twitter punya kekuatan untuk menyampaikan fakta-fakta yang belum terungkap namun tidak bisa disampaikan melalui media biasa,” ujar Siska dalam sebuah perjalanan di Jawa Timur.

Salah satu hal yang menjadi indikasi efektivitas media sosial mereka adalah banyaknya percakapan yang terjadi. Jumlah percakapan yang tinggi memberikan indikasi bahwa digital marketing memberikan peran signifikan terhadap kinerja brand tersebut, dan pada saatnya nanti mungkin juga bisa untuk menentukan kekuatan dan kelemahan merek bersangkutan.

Tujuan inilah yang membuat Siska dan kawan-kawan selalu mengaitkan percakapan dengan kegiatan atau kampanye brand. Pemilihan akun mymilk id dan Thanks to Nature merupakan upaya konsistensi agar konsumen tidak bingung  terhadap program yang mereka miliki. Konten percakapan sudah mereka persiapkan untuk beberapa periode, dengan jadwal penayangan yang terencana. Karena menyangkut interaksi selama 24 jam sehari, Siska mengakui mereka butuh administrator tersendiri yang dialihdayakan kepada pihak ketiga. Namun begitu, pemilik brand tetap mengontrol konten yang akan di-blast. “Bisa dibilang 75% konten dan message dari kami,” tambahnya.

Untuk memancing percakapan agar lebih hit, mereka sering mengadakan quiz dengan pancingan hadiah yang menarik disesuaikan dengan brand-nya. Mereka juga tidak menafikan keberadaan buzzer/blogger/praktisi media sosial untuk membantu melipatgandakan tersampaikannya pesan. Sudah tentu yang dipilih adalah tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan retweet dengan banyaknya jumlah follower. Beberapa waktu lalu mereka sempat menggandeng presenter dan komedian Desta dan Vincent  khusus untuk kampanye Ultra bertajuk ‘Make Your Move’.

Berdasarkan pengalaman, kebanyakan jumlah follower Twitter tiba-tiba menjadi naik kalau ada activation. Jadi mayoritas follower adalah mereka yang  interest dengan event-nya itu sendiri. Namun untuk  brand-nya sendiri, lanjut Siska, mereka  masih mencari figure yang tepat. Yang jelas, ia justru menghindari pemilihan selebriti  media sosial yang menyediakan jasa twit berbayar—kendati mereka memiliki follower seabrek. Alasannya, sekali lagi, adalah demi kredibilitas brand. Karena publik bisa menyimpulkan semua pesan yang disampaikan selebriti tersebut melalui tweet berbayarnya adalah selayaknya iklan, bukan sesuatu yang tulus disampaikan dari hati sang seleb.

The New Rules of MPR


Awal Mei lalu, saya diundang Perhumas Muda Malang untuk sharing tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dunia public relations Indonesia. Luar biasa antusiasme para calon-calon praktisi publics relations terhadap topic ini. Terbukti aula rektorat Universitas Merdeka Malang – tempat penyelenggaraan – yang berkapasitas 250 orang nyaris penuh.

Saya menyiapkan beberapa slide tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dunia Marketing Public Relations (MPR) khususnya pada era media sosial belakangan ini. Intinya, dunia marketing public relations (MPR), termasuk di Indonesia, berubah pesat. “Jika Anda belum melihat pergeseran itu, sekarang waktu yang tepat untuk mengenali bagaimana media sosial membuka pintu bagi Anda untuk terlibat dengan pelanggan baru, mempengaruhi sikap masyarakat, dan, mengubah perilaku mereka”

Praktik Marketing Public Relation kini berubah drastis. Lima tahun lalu, saya belum menyaksikan seorang praktisi public relations bisa membuat press release langsung dari tempat berlangsungnya suatu acara, katakanlah launching produk baru dan menshare-nya ke editor atau reporter media, buzzer, atau blogger, pemegang saham, dan stakeholder lainnya bahkan pelanggannya. Kini praktik seperti itu – sampai pada tahap-tahap kerja media relations tertentu – sudah banyak dilakukan oleh merek-merek atau perusahaan di Indonesia.



Selain release beritanya dimuat di website baik perusahaan klien, saat itu juga dimuat di website perusahaan PR-nya. Dia juga memasukkannya ke Google sehingga wartawan baik yang hadir maupun tidak hadir di acara itu untuk mengunduhnya dari mesin pencari Google, lengkap dengan foto-foto, bahkan videonya. Khalayak luas seakan melihat hal-hal seperti laporan pandangan mata, memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan terlibat. Sebuah cerita tersebar lebih luas dan real-time.

Dalam konteks Indonesia, laporan siaran langsung dengan menggunakan Youtube oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seakan membukakan mata public bahwa mereka bisa melihatnya langsung tanpa melalui media konvensional. Seperti diketahui, sejak masa kepemimpinan Jokowi-Ahok, Pemprov DKI mulai bersikap terbuka termasuk menayangkan rapat-rapat dengan dinas di jejaring sosial youtube.

Menurut Asisten Pemerintahan Pemprov DKI, Sylviana Murni, gebrakan Ahok yang selalu meminta setiap rapat diupload ke youtube dengan akun Pemprov DKI, menarik perhatian dari banyak negara. "Sejak di-upload ke youtube, bagaimana Pak Wagub transparan kepada SKPD, ternyata ada 50 negara yang melihat dan ada 1,5 juta yang mengklik," ujar Sylviana, Senin (10/12/2012). Pemirsapun bisa langsung berkomentar atau bahkan bila dimungkinkan bisa berdiskusi langsung melalui media chatting.

Reporter yang hadir juga bisa membuat laporan dari lokasi kejadian lengkap dengan fotonya untuk dimuat media dotkomnya, foto-fotonya bisa langsung dishare melalui blognya, ke teman-teman reporter lainnya baik yang juga hadir maupun yang tidak sempat hadir. Diapun – kalau diijinkan – tidak perlu datang ke kantor. Diskusi dengan editor tentang tulisannya bisa dilakukan melalui telepon, sms, atau BBM, whatapps, line dan media percakapan lainnya. Kalau editornya butuh informasi tambahan, dia bisa mengetik informasi itu di iPad, tablet, atau smartphone lainnya dan langsung dikirim via email. 

MPR adalah proses perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program yang mendorong pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi informasi yang kredibel dan kesan bahwa perusahaan dan produk mampu mengenali kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan konsumen. Khalayak yang dituju dari MPR adalah masyarakat dan konsumen. Dalam konteks ini, kredibilitas – baik penyampai, pesan dan medianya -- sangat menentukan keefektifan MPR.

Salah satu karakter dari media sosial adalah desentralisasi. Dalam konteks MPR, itu berarti melalui percakapan yang terbangun di media sosial, setiap orang secara sosial bisa melakukan kegiatan MPR, memiliki akses ke jaringan sosial perusahaan, dan mewakili perusahaan melalui akun pribadinya. Konsekuensinya, perusahaan kehilangan kontrol atas pesan-pesan merek.

Karena itu, perusahaan harus percaya bahwa publik bisa mewakili merek yang dikelola pemasar. Agar mereka bisa menjadi ambassador, selain harus menjaga kinerja kualitas merek produk barang atau jasanya perusahaan harus memasok pesan merek secara konsisten. Ini berarti ketika perusahaan masuk ke media sosial, perusahaan harus membangun interaksi dengan secara aktif dan memberikan pesan merek secara konsisten dan mendorong followernya melakukan percakapan. Merek untuk pelanggan dan pelanggan membuat merek.

Disini pentingnya praktisi PR dan komunikasi untuk memberdayakan setiap karyawan dan memungkinkan mereka untuk menampilkan wajah lain dari perusahaan dengan cara masing-masing tetapi masih dalam koridor nilai-nilai perusahaan yang dipahami bersama. Mereka juga brand ambassador.

Ini berarti bahwa nilai-nilai budaya perusahaan harus dikomunikasikan secara internal atau bahkan memerlukan perubahan organisasi yang mendasar. Sebab bisa jadi ada karyawan yang tidak bersedia untuk mewakili merek Anda atau bahkan malah menailmpilkan suara negatif tentang merek atau perusahaan empat dia bekerja. Karena itulah penting bagi perusahaan untuk memikirkan kembali kriteria perekrutan karyawannya.

Tantangan yang lain adalah bagaimana mengintegrasikannya sehingga pesan-pesan yang tersampaikan tetap konsisten dengan yang diinginkan dan nilai-nilai perusahaan. Sebab seperti diketahui, media sosial terus berkembang dengan seperti deret ukur.  Sampai tiga tahun lalu, public cuma mengenal Facebook, Youtube dan Twitter misalnya. Kini publik akrab dengan Instagram, LinkedIn, Google+, Pinterest, dan masih banyak lagi yang lain.

Instagram, aplikasi berbagi foto untuk pengguna iPhone dan Android telah menjadi sensasi luas di kalangan pengguna individu. Seseorang, siapapun dia, apakah praktisi PR, jurnalis, dan publik bisa menempatkan merek Anda di Instagram, berbagi beritanya melalui ponsel saat bepergian dengan gambar keren, mendokumentasikan berita, peristiwa, orang dan lokasinya.

Berbagi foto ponsel sekarang menjadi bagian dari masa depan public dan merupakan salah satu tren media sosial paling cepat berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Merek besar mulai memperhatikan, menggunakan tren ini untuk keuntungan mereka. Instagram telah mengumpulkan 15 juta pengguna yang telah memg-upload lebih dari 400 juta foto dalam waktu kurang dari dua tahun. Bayangkan berapa banyak rol film yang akan ditambahkan bia menggunakan kamera film yang biasa digunakan 10 tahun lalu. Bahkan Presiden Obama ikut-ikutan berbagi foto-foto behind-the-scenes-nya selama kampanye pemilihan 2012 lalu.

Studi menunjukkan bahwa gambar meningkatkan keterbacaan siaran pers, posting blog dan media sosial. Gambar juga dapat meningkatkan visibilitas online Anda di search engine selain untuk menarik minat pencari informssi untuk mengklik cerita berdasarkan gambar Anda. Menggunakan aplikasi seperti Camera+ untuk menambahkan efek khusus termasuk pencahayaan, efek warna, perbatasan dan keterangan dapat membuat begitu-begitu gambar terlihat seperti sebuah karya seni.

Beberapa merek seperti The Today Show dan Starbucks seakan melakukan lompatan PR Sosial dengan melakukan laporan aktivitas MPR-nya melalui Instagram. Starbucks bisa dikatakan sebagai merek yang mengadopsi awal Instagram dan hingga saat ini memiliki lebih dari 250.000 pengikut. Melalui Instagram, Starbuck berusaha menampilkan esperiential yang didapat pelanggan bila berada di dalam gerai dari seluruh dunia. Starbuck juga menunjukkan rasa kopi yang baru dipilih dan diuji di Starbucks pusat, informasi tentang perusahaan, termasuk lowongan pekerjaan. Untuk maksud itu, Starbucks berbagi foto dengan penggemarnya di Facebook sehingga pelanggannya dapat mengomentari rasa kopi baru dan yang akan disediakan di gerai Starbuck.

Kembali lagi ke MPR. Publisitas adalah sarana MPR yang utama. Seperti periklanan dan penjualan perorangan, tujuan fundamental dari publisitas yang berorientasi pemasaran adalah untuk meningkatkan ekuitas merek dalam dua cara: pertama, melalui kesadaran akan merek dan, kedua, menambah citra merek melalui asosiasi yang kuat dan menguntungkan dengan merek-merek dalam benak para konsumen.

Sampai lima tahun lalu, perusahaan memperoleh publisitas hanyalah melalui dengan menggunakan berbagai bentuk news release, konferensi pers, dan jenis-jenis penyebaran informasi lainnya. Perusahaan harus memiliki berita yang signifikan terlebih dahulu sebelum membuat news release. News release mengenai produk baru, modifiksi produk-produk lama, dan topic-topik lain yang layak diberitakan disampaikan kepada para editor surat kabar, majalah, dan media lainnya. Konferensi pers mengumumkan berita utama utama yang penting bagi masyarakat. Foto-foto, rekaman, dan film-film berguna untuk menggambarkan perkembangan produk, produk baru, teknik produksi yang canggih, dan sebagainya

Kini media sosial telah menjadikan MPR kembali ke public. Blog, release berita, konten online, media sosial memungkinkan perusahaan berkomunikasi langsung dengan public dan konsumennya dalam bentuk yang mereka fahami. Ini berbeda dengan MPR pada 5 tahun lalu dimana informasi yang disampaikan PR hanya bisa dipahami oleh media dan media menuliskannya dengan gaya sedemikian rupa sehingga pubik memahaminya. Inilah perubahan radikal yang terjadi di MPR.

Pertanyaan sekarang adalah bagaimana mengintegrasikan media-media yang semakin beragam itu. Disini, ketika membahas pendekatan pemasaran terpadu, mobile bisa jadi merupakan platform untuk mewujudkannya. Sebagai komunikator atau pemasar, terlepas dari apa jenis bisnis, Anda perlu mulai berpikir mobile sebagai saluran penting bagi merek Anda, jika Anda belum melakukannya. Mungkin mulai dengan versi mobile dari situs Anda atau memikirkan sebuah aplikasi yang dapat melibatkan pelanggan Anda lebih jauh. Kenapa mobile, jawabannya sederhana, dari 850 juta pengguna aktif bulanan tahun lalu, 488 juta pengguna Facebook secara teratur menggunakan ponsel.

Case : Membangun Konversasi Dengan tema Citilink Story

Sebagai ilustrasi bagaimana praktik public relations berubah, saya kutip tulisan Wawan Setiawan seperti dimuat di Majalah MIX edisi Januari 2013 lalu.

Citilink sukses memanfaatkan Social Media (Socmed) untuk mendukung program marketing communication-nya. Ini ditenggarai dari jumlah fans dan followers-nya yang mencapai 82,969 fans Facebook dan 36,610 followers Twitter @citilink. “Kami menargetkan growth untuk fansbased Citilink 2.000/minggu,” kata Ariesto Kristandyo, VP Marketing & Communication Citilink Indonesia. Citilink memanfaatkan Socmed sejak 2011.
Citilink juga menggunakan Website sebagai kanal informasi, bukan cuma untuk kanal commercial (untuk booking facilty). “Jadi, Website Citilink juga merupakan pintu gerbang Citilink untuk memasuki dunia Social Media. Kami lebih nyaman menggunakan sebutan Digital Marketing dimana Sosmed merupakan bagian dari  Digital Marketing,” jelasnya.

Pada 2012, kegiatan Digital Marketing semakin diaktifkan dengan meluncurkan Citilink Story dan Citilink TV. Citilink Story merupakan kanal informasi yang terdapat di dalam Website Citilink (www.citilink.co.id). Kanal ini memuat informasi seputar destinasi wisata, lokasi serta potensi pariwisata Nusantara.

Khalayak  yang ingin memberikan info kuliner, destinasi atau pun pengalaman mereka dalam berwisata ke obyek-obyek wisata di Indonesia dapat  mem-posting tulisan mereka ke Citilink Story. Posting tersebut selanjutnya di-create hingga menyerupai program acara melalui kanal digital Citilink TV.

Menurut dia, dalam ranah Digital Marketing, terkandung interaksi di dalamnya sehingga konsumen tak sekadar menerima informasi searah dari pelaku bisnis,  namun juga bisa menyuarakan rasa tidak puasnya terhadap produk yang ditawarkan, mengusulkan ide atau memberi komentar. Konsekuensinya, pelaku bisnis harus lebih peka, terbuka dan responsif terhadap saran, komentar serta tanggapan konsumen yang terlontar di jejaring sosial.

“Semakin “ramai” konsumen “berbicara” di dalam Socmed Citilink, maka kami melihat kehadiran Socmed Citilink semakin baik. Segala masukan yang diberikan oleh fans/followers Citilink adalah bentuk perhatian dan evaluasi bagi Citilink untuk meningkatkan pelayanan di masa datang,” akunya.
Website Citilink sendiri jumlahnya meningkat signifikan sejak jasa angkutan udara ini di-spin off dari induk perusahaannya Garuda Indonesia. Kalau pada Januari 2012 jumlah pengunjungnya sekitar 200.000 visitors, pada bulan berikutnya (Februari 2012), pengunjung ke Website Citilink mencapai 1.200.000 pengunjung dimana terdapat 28.43% new visitors. Dan kini rata-rata visitors-nya perbulan mencapai 1.5 juta.

Dalam upaya menciptakan interaksi (melalui conversation), Citilink memiliki strategi memberikan posting sebanyak 5-6 kali setiap hari di media sosialnya. Setiap posting memiliki strategi yang berbeda. “Kami bedakan antara sapaan di pagi hari, siang hari dan malam hari. Juga ada kami sisipkan informasi tentang tips perjalanan dan juga informasi destinasi wisata yang akan di-linking ke Citilink Story,” urainya.

“Kami juga harus menjawab semua pertanyaan customer yang disampaikan melalui kanal social media Citilink dalam waktu 30 menit hingga sejam. Jika ada pertanyaan atau keluhan pelanggan, kami mengarahkan mereka kepada departemen terkait atau call center untuk resolusi problem mereka,” lanjut Ariesto.
Pemantauan Socmed channel maupun updating Website dilakukan oleh tim digital media dalam Departemen Marketing and Communications, termasuk tim in house production yang berkolaborasi dengan agensi untuk menciptakan konten di channel Citilink City.

Indikator untuk menilai efektivitas atau keberhasilan Socmed bisa dilihat dari jumlah fans/follower, peningkatan jumlah visitors di Website (Citilink Story), jumlah viewers Citilink TV dan persentase pertambahannya, peningkatan jumlah new visitors di Website, jumlah posting yang masuk dan trend kenaikannya. Tim digital media melakukan tracking terhadap seluruh aktivitas yang ada di Socmed melalui tools BTS (Brand Tracking Survey).

Menurut Ariesto, pihaknya saat ini tengah menyiapkan program dengan menghadirkan brand ambassador atau endorser agar conversation yang terjalin bisa lebih intense, menarik, dan dapat merangkul lebih banyak fans/follower/viewers. “Terhadap endorser yang direkrut, tentu saja sesuai dengan karakter utama brand Citilink, yang memiliki kesan fun, affordable and reliable. Selain itu, dalam pemilihan brand endorser atau mungkin untuk istilah dunia Socmed adalah buzzer, kami harus mencocokkan dengan karakter user atau customer Citilink dari segmen family, young traveler, businessman and businesswoman yang trendy and fun,” kata Ariesto Kristandyo.