Sabtu, 26 April 2014

Pelajaran dari NYPD - Hati-hati dengan Tweet Anda

Dari #McDStories hingga  #ILoveWalgreens dan # ObamacareIsWorking, merek dan lembaga pemerintah tampaknya tidak mau mengambil pelajaran dari masa lalu saat hastags Twitter mereka dibajak. Itu pula yang terjadi dalam pnggunaan media sosial oleh Departemen Kepolisian New York (NYPD).
Ketika Departemen Kepolisian New York meminta pengguna Twitter untuk berbagi foto-foto mereka dengan polisi (15/4), mereka mungkin mengharapkan beberapa adegan dalam situasi yang baik, misalnya  atau wisatawan dengan kuda polisi di Times Square. Atau beberapa posting foto diri dengan petugas sambil tersenyum.

Realitasnya, tidak semua seperti yang diharapkan.
Segera setelah posting permintaan itu keluar dari akun Twitter resmi departemen, badai pengguna yang mengambil kesempatan berdatangan. Yang menyedihkan mereka bukannya melampirkan beberapa gambar yang paling baik. Justru yang mereka posting kebanyakan adalah foto-foto yang mencitrakan buruknya perlakukan petugas polisi New York City yang sebagian besar bisa ditemukan di Internet.


Misalnya, ada foto yang memperlihatkan petugas polisi menahan seorang fotografer di trotoar dan supervisor berbaju putih yang memutar lengan. Foto-foto itu diambil saat berlangsung aksi protes Pendudukan Wall Street, 2011 silam. Seorang petugas menggetok seorang pengendara sepeda hingga jatuh ke tanah selama protes, seekor anjing ditembak. Petugas di pengadilan, atau tertidur dalam keadaan berseragam di kereta bawah tanah.




Meski harus diakui bahwa ada juga yang positif. Misalnya, seorang polisi Lawrence Deprimo yang membelikan sepatu baru untuk seorang pria tunawisma yang ditemuinya di Times Square.
Gambar-gambar tersebut sudah tentu seakan batu sandungan yang memalukan atas apa yang telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ini membuat kepolisian New York sibuk meladeninya menjawab pertanyaan, terutama yang datang melalui layanan pesan singkat .
Selama ini, lima komandan kepolisian kota mewakili departemen yang dipimpinnya selalu menulis pesan melalui akun Twitter mereka. Sejauh ini, informasi yang mereka sampaikan pada umumnya adalah tentang hal-hal yang bersifat lokal, plus foto pose seorang polisi tersenyum, dan pada saat paska lalu ada foto foto polisi berburu telur Paskah. Sejauh itu tak ada masalah.
Komisaris William J. Bratton aktif di akun Twitter-nya sendiri sejak berbulan-bulan lalu. Dengan dengandalkan seorang petugas dari tim komunikasi departemen untuk menulis sebagian besar pesan,  Pak Bratton juga memasukkan pesan setengah resmi - seperti yang dapat dilihat dari serangkaian posting mulai dari pertemuan tertutup para kepala polisi pada bulan Januari - dan gambar yang memperlihatkan kegiatan mereka  sehari-hari, mulai dari penangkapan geng di Bronx hingga kunjungannya ke Boston beberapa waktu lalu.
Persoalan baru muncul saat postingan berisi tawaran itu. Namun demikian, seperti yang dikemukakan juru bicara departemen, Wakil Kepala Polisi Kim Y. Royster, meski ada gangguan tesebut, namun departemen nya telah menciptakan cara-cara baru untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. Dia juga mengatakan bahwa Twitter yang tersedia adalah sebuah forum terbuka untuk pertukaran yang tak tersensor yang bisa jadi “akan menjadikan kota kami menjadi lebih baik."

Karena itu pula, pengalaman tersebut tidak akan membuat NYPD berhenti memanfaatkan media sosial. Bahkan mereka akan semakin mendorong maju melalui upaya media sosial. Juru bicara puncak NYPD, Stephen Davis, mengatakan,  "Anda tentu bisa mengambil yang baik dari yang buruk.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar