Jumat, 08 Agustus 2014

Kalimat Positif Juga Bisa Menjadi Bumerang


Bila kita Googling untuk menemukan definisi tentang komunikasi, kita akan mendapati banyak sekali definisi tentang komunikasi. Littlejohn (2009) juga memaparkan banyaknya definsisi tentang komunikasi.

Namun, dia dengan baik memberikan gambaran bahwa sebuah definisi haruslah dinilai berdasarkan seberapa baik definisi tersebut membantu akademisi untuk menjawab pertanyaan-pertayaan yang sedang mereka hadapi.

Salah satu definisi tentang komunikasi adalah berdasarkan tujuan. Disini orang mendefinisikan kounikasi dengan menyebutkan maksud. Misalnya, komunikasi adalah proses penyampaian sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Pada kenyataannya, prosesnya tidak segampang yang dibayangkan. Selama proses berlangsung banyak sekali hambatan atau kendali yang bisa merusak atau menggangu pesan sehingga harapan dari penyampai pesan tidak terpenuhi.

Ambil contoh ketika ingin menasehati atau ingin membesarkan hati anak ketika dia sedang menghadapi masalah misalnya. Kita berusaha untuk menyampaikan satu pesan dengan baik dengan cara yang baik bahkan menurut kita pada waktu yang baik, namun efeknya bisa tidak seperti yang kita harapkan.

Ada pegangan penting yang harus kita perhatikan ketika kita berbicara dengan seseorang. Salah satunya adalah bahwa kita disarankan untuk lebih mengenali lawan bicara kita. Kenapa? Studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology, untuk orang yang rendah diri, dorongan yang meningkatkan penghargaan diri dari orang lain justru bisa menjadi bumerang.

Hasil temuan studi menunjukkan, orang-orang rendah diri cenderung melawan usaha teman-teman mereka yang mencoba membantu mereka merasa lebih baik, khususnya strategi yang disebut "positive reframing", yakni menyusun kembali suatu situasi menjadi lebih positif. "Orang yang rendah diri selalu merasa lebih nyaman dan memilih berinteraksi dengan orang yang melihat mereka seperti mereka melihat diri mereka sendiri," ujar peneliti studi, Denise Marigold, Ph.D., seperti dilansir Huffington Post.

"Jika saya mengatakan hal negatif tentang hidup saya, saya tidak ingin seseorang berdebat dengan saya," tambah asisten profesor dalam studi pembangunan sosial, University of Waterloo's Renison University College itu.

Menurut Marigold, untuk orang yang rendah diri, kalimat seperti "Tidak, kau salah, Saya rasa kau luar biasa!" atau "hidup ini indah!" dapat disalahpahami dan dianggap seakan tidak ada satupun yang mengerti mereka. "Ketika orang lain mencoba menambah semangat mereka, dapat saja (orang rendah diri) merasa ada sesuatu yang salah dengan perasaan atau pikiran mereka," kata Marigold.

Sementara itu, menurut psikolog, Celeste Gertsen, Ph.D., orang yang rendah diri lebih rentan, sensitif dan waspada pada lingkungan mereka. "Mereka sering membesar-besarkan pernyataan-pernyataan negatif yang orang katakan pada mereka,..,' ujar Gertsen, yang tidak terlibat dalam studi.

Gertsen mengatakan, jika seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada orang yang rendah diri, maka dia akan menginternalisasi hal itu lebih dari orang yang memiliki sensitivitas lebih tinggi.
Terdapat beberapa kalimat yang memunculkan kesalahpahaman pada orang yang rendah diri. Marigold mengungkapkan, ketika seseorang tidak merasa optimis setelah putus (dengan pasangannya), ekspresi optimisme tidak akan diterima. Misalnya, "Kau hebat, kau akan menemukan seseorang yang lain secepatnya", " Ini bukan masalah besar, kau akan bangkit".

Dengan kata lain, seringkali muncul prasangka lawan bicara terhadap kita. Ini bukan karena dia membenci kita atau tidak. Namun, bisa juga terjadi karena waktunya yang kurang. Misalnya, kita menyampaikan kalimat yang menurut kita bisa membesarkan hati itu pada saat dia benar-benar merasa tidak ada harapan. Bila pada kondisi demikian, menurut Marigold, kalimat-kalimat positif ini bagi orang yang rendah diri justru dianggap meremehkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar