Rabu, 27 Januari 2016

Beriklan Di Tengah Perubahan


Era hyper-connected membuat orang terkesima. Bagaimana tidak, pada era lingkungan yang hyper-connected -- dua empat sehari dan tujuh hari seminggu – “perhatian” telah menjadi suatu komoditas yang paling berharga. Tak diperhatikan orang berarti kegagalan. Inilah efek dari perubahan cepat yang terjadi di bidang teknologi komunikasi yang kemudian menggeser lingkungan media dari kelangkaan ke situasi yang ditandai dengan kelimpahan.

Peercayakah Anda bahwa pengiklan sekarang membayar uang jauh lebih besar dibandingkan beberapa tahun lalu? Kok bisa? Jangan kaget karena pengiklan sekarang harus membayar biaya yang lebih besar u hanya demi mencapai sedikit orang. Kenapa? Ini karena audience cenderung mengkonsumsi konten yang seakan tak berujung pada platform media yang berbeda. Arinya, mereka sudah banyak pilihan. Kalau mereka tidak suka dengan konten Anda mereka pindah.

Pertanyaannya adalah ketika Anda tidak lagi dapat “membeli” perhatian yang cukup untuk iklan Anda agar tetap efisien, bagaimana merek Anda merespon sitausi tersebut? Salah satu solusi yang popular adalah dengan memadukan antara teori komunikasi, ilmu saraf, kreativitas dan inovasi, sejarah media, budaya populer, branding, dan teknologi baru. Disini, Paid Attention mengeksplorasi bagaimana gagasan memindahkan orang dan bagaimana iklan harus berubah untuk merespon perubahan yang terjadi pada lanskap komunikasi. Dikemas dengan contoh-contoh nyata dari kampanye pemasaran beberapa perusahaan termasuk Sony, Red Bull dan HP, buku ini juga berisi panduan iklan praktis dan template serta toolkit branding.

Topik-topik yang dibahas dalam buku ini meliputi bagaima cara melihat riset pasar secara kritis, teori komunikasi modern, penghilangan perbedaan antara konten, media, dan iklan, apa ide-idenya dan bagaimana mendapatkan manfaat mereka, dan prediksi pasar dan dunia pemasaran – khususnya periklanan -- di masa mendatang.

Seperti biasa, tanggung jawab pengelola merek adalah menemukan cara menarik untuk mendapatkan perhatian konsumen. Namun kelangkaan konten yang terjadi beberapa tahun silam, kini justru  memberikan cara untuk munculnya sitausi dimana orang menjadi overload, saluran tetap telah dilarutkan ke dalam jaringan cairan, dan audience pun beruba menjadi peserta dalam percakapan yang dikendalikan konsumen.

Pergeseran ini memerlukan tindakan baru. Fenomena itu menuntut merek untuk mempertimbangkan dan menerapkan strategi dan taktik pemasaran baru. Dibayar Perhatian adalah panduan untuk ide-ide periklanan modern: apa yang mereka, mengapa mereka berkembang dan bagaimana untuk memiliki mereka. Spanning teori komunikasi, ilmu saraf, kreativitas dan inovasi, sejarah media, branding dan teknologi, ini mengeksplorasi proses pembuatan strategis dan bagaimana mengemas ide untuk menarik perhatian yang besar dalam industri periklanan.

Dikemas dengan contoh-contoh nyata kampanye iklan perusahaan-perusahaan termasuk Sony, Red Bull, HP dan masih banyak lagi, Paid Attention menyediakan model yang kuat untuk mempengaruhi perilaku manusia. Mengacu pada teori dan praksis, dari perilaku ekonomi dan sosiologi hingga teknologi dan bahkan fiksi ilmiah, Faris Yakob memetakan iklan menjadi sebuah analisis budaya yang lebih luas. Buku ini berisi template iklan dan branding, termasuk perencanaan iklan baru. Karena itu buku ini sangat ideal untuk mahasiswa dan praktisi yang ingin mendapatkan perhatian di pasar yang tengah berantakan saat ini.

Perhatian terbesar para pelaku bisnis dari semua jenis bidang industry saat ini adalah apakah iklan  masih bekerja secara efektif dan efisien. Iklan pernah berjaya dan bagi pengiklan bisa dianggap mampu mendatangkan hasil dengan 100 persen kepastian. Itu yang menjadi alasan perusahaan-perusahaan seperti Kraft Foods dan Apple menghabiskan jutaan hanya untuk beberapa detik iklan. Perusahaan-perusahaan ini tahu bahwa satu iklan dapat memicu peningkatan besar bottom line mereka pada hari ini  dan beberapa bulan mendatang.

Sekarang iklan sedikit lebih rumit.  Laju perkembangan teknologi dan bisnis, membuat konsumen sekarang dihadapkan dengan pilihan produk yang lebih banyak, dan sudah tentu jumlah dan durasi iklan yang kini menjadi lebih banyak dan lebih panjang. Karena jumlah produk dan iklan meningkat, konsumen meresponnya dengan penurunan perhatian. Konsumen sekarang lebih diberi keleluasaan untuk melewati iklan secara langsung (kecuali iklan yang menakjubkan atau merek yang mereka ketahui).

Konsumen sekarang juga tidak segan lagi mengungkapkan ketidakpercayaan. Mereka kini makin menerima lebih banyak informasi, lebih skeptis, dan memiliki lebih banyak alat yang bisa mereka gunakan untuk meneliti dan membandingkan merek dari sebelum-sebelumnya. Karena itulah, seperti yang dikatakan Faris Yakob, penulis buku Paid Attention,  berpendapat bahwa bisnis harus benar-benar mendefinisikan ulang asumsi dasar mereka tentang iklan jika mereka ingin tetap bertahan hidup.

Dalam pandangan Faris, iklan kini tidak lagi tentang siapa yang membayar uang paling (meskipun uang membantu) besar atau yang memiliki video yang paling viral. Iklan kini adalah tentang menciptakan dan memelihara sistem yang dirancang untuk menarik dan menumbuhkan satu set target pelanggan yang basisnya bertambah besar. Untuk itulah, iklan sekarang juga membutuhkan disiplin psikologi guna memberikan pertimbangan psikologi manusia, eksperimentasi, dan pendekatan baru yang lebih kolaboratif dengan konsumen dari sebelum-sebelumnya.


Buku ini pasti bukan yang pertama yang menyarankan ha tersebut. Seruan untuk meningkatkan penggunaan iklan yang interaktif di era digital telah dikemukakan oleh banyak ahli pemasaran. Namun, yang membuat "Paid Attention" berbeda adalah fokusnya pada evaluasi asumsi dasar dari iklan dan pemasaran. Dalam hal ini, Yakob menantang siapa pun yang beriklan untuk benar-benar mempertimbangkan pola pikir di balik pengaturan iklan mereka.

Judul Buku          : Paid Attention: Innovative Advertising for a Digital World
Penulis                 : Faris Yakob
Penerbit               : Kogan Page Limited, edisi ebook, 2015
Tebal Buku              : 177 halaman

Belajar dari Joko Susilo Dalam Membangun Silaturahmi


Selasa (26 Januari 2016) pukul 13.00 saya membaca pesan What’sApp dari seorang teman bekas wartawan Jawa Pos yang mengabarkan bahwa Joko Susilo, bekas wartawan Jawa Pos, salah satu pendiri Partai Amanat Nasional yang kemudian menjadi anggota DPR dan terakhir Dubes Ri di Swiss meninggal dunia. Setelah mendapat konfirmasi, saya kemudian meneruskan pesan itu ke teman-teman terutama yang saya anggap mengenal Joko Susilo.
Saya sendiri sejak mengundurkan dari Jawa Pos sekitar tahun 1990, bahkan sejak Joko Susilo menempati posisi sebagai koresponden Jawa Pos di Washington sekitar tahun 1987an, tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Joko Susilo. Namun sebelumnya, antara Joko Susilo punya ikatakn bahwa kami adalah karyawan rekrutmen terbuka yang dilakukan Jawa Pos. Dia angkatan pertama, sedangkan saya setahun kemudian.  Sekitar tahun 1999an, saat Joko sudah menjadi anggota DPR, saya bertiga – Pak Dahlan Iskan, Joko Susilo dan saya – sempat duduk satu meja. Cuma taka da yang istimewa dari pertemuan itu, Cuma sarapan bubur diu Hotel Mulia Senayan, Jakarta.
Namun demikian, ketika saya menjadi semacam Kepala Biro Jawa Pos di Jakarta, saya sempat mengantar dia ke Kedutaan Besar Iran yang saat itu di Jl. Rasuna Said dan kebtulan kantor Jawa Pos saat itu di Setiabudhi Building Jl. Rasuna Said Jakarta. Saat itu kami bertiga, Joko Susilo, saya dan Dr. Amien Rais yang saat itu belum menjadi politisi.
Jadi hubungan saya dan Joko Susilo tidak terlalu istimewa. Namun demikian, seperti yang saya utarakan tadi, kami punya sejarah yang sama dalam berkarir di Jawa Pos. Karena itu, begitu mendengar berita itu, saya langsung terhenyak. Apalagi beberapa hari sebelumnya di grup WA eks karyawan Jawa Pos beberapa teman mengabarkan pertemuannya dengan Joko Susilo.
Secara kebetulan, pas mendengar kabar itu saya ada di Bogor, dan ada yang mengabarkan bahwa jenasah Joko Susilo sebelum dimakamkan di Boyolali, disemayamkan terlebih dulu di rumah dua di Sentul City, Bogor. Bena, sekitar pukul 16.00, Hazairin, CEO Radar Bogor, mengabarkan ke saya bahwa jenazah Joko sudah di rumah duka.
Saat saya datang, jenazah sedang dishalatkan dan dilanjutkan dengan beberapa sambutan teman-teman Joko yang difasilitasi Happy Bone Zulkarnaen, bekas anggota DPR dari Golkar. Selama mengikuti prosesi kedatangan jenazah Joko Susilo di rumah duka di Sentul City, banyak yang  membuat saya terkesima. Saya menyaksikan bagaimana seorang Joko bisa memiliki banyak teman yang luar biasa.
Bayangkan sebelum jenazahnya diberangkatkan ke Boyolali, kota kelahiran sekaligus tempat peristirahatan terakhirnya, di rumahnya hadir teman-teman Joko lintas fraksi di DPR dan pemerintahan seperti Mensesneg Pratikno, Deputi Menpora Gatot Dewabroto, anggota Wantimpres Sudharto (politisi PDIP), Dubes RI di London Rizal Sukma, ketua DPP PAN Tjatur Edy, bekas Menteri BUMN yang sekaligus bekas bos Joko di Jawa Pos Dahlan Iskan dan banyak tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Mereka memberikan testimoni tentang Joko yang begitu luar biasa.
Dari sambutan teman-teman Joko tadi saya kemudian mencoba menelaah, jadi pelajaran apa yang bisa saya petik  dari seorang Joko. Tulisan ini bukan bermaksud memberi tahu Anda tentang pentingnya membangun relationship dan mengapa membangun koneksi itu penting. Tulisan ini sekadar menemukan pemahaman tentang pentingnya relationship dan mengapa orang perlu membangun silaturahmi. Saya sebelumnya minta maaf bila tulisan ini tidak melihat dari sudut agama, namun justru saya mencoba bagaimana ajaran agama tentang silaturahmi diterapkan oleh seorang Joko.
Saya yakin, Anda sudah memiliki beberapa pemahaman betapa pentingnya membangun relationship. Jadi saya tidak akan mengulangi terlalu banyak dari apa yang telah banyak dikatakan orang, tapi saya ingin mengeluarkan beberapa kunci yang menunjukkan dan memberitahu Anda tentang pengalaman atau pelajaran yang diberikan oleh Joko tentang relationship. Sudah tentu ini adalah interpretasi saya yang bisa jadi orang lain punya interpetasi yang berbeda dengan saya.
Dalam kehiduan sehari-hari, seseorang jauh lebih memilih membangun pertemanan dengan dengan seseorang yang mereka kenal, sukai dan percayai. Dari mana mereka memulainya, sudah tentu ada seseorang atau pihak yang memperkenalkan. Artinya, hubungan yang ada, atau rekomendasi dari seorang teman terpercaya, jauh lebih baik daripada sapaan dingin atau email. Adalah suatu hal yang mustahil seseorang seperti Joko bisa memasuki pergaulan yang sedemikian luas bila tidak ada silaturahmi atau perkenalan.
Biasanya itu dimulai dari adanya seseorang atau pihak yang memperkenalkannya dan orangtersebut tidak mau mengambil risiko memperkenalkan seseorang yang tidak mereka kenal, sukai atau percayai. Saya mengibaratkan seorang investor modal ventura akan sangat jarang melakukan bisnis dengan seorang pengusaha yang tidak diperkenalkan melalui seseorang yang mereka kenal. Ibaratnya, orang memperkenalkan itu saringan, dia tentu tidak sembarangan memperkenalkan seseorang kepada orang lain bila tidak mempercayainya.
Lalu bagaimana setelah orang tersebut membangun silaturahmi? Dalam pertemanan selalu terjadi pertukaran, apakah itu pertukaran informasi atau yang lainnya. Homans (1958) mendefinisikan pertukaran sosial sebagai aktivitas, baik berwujud atau tidak berwujud, antara dua orang atau lebih yang dipersepsikan oleh mereka yang berinteraksi tersebut memberikan keuntungan. Bila tidak memberikan keuntungan, kuat dugaan pertukaran tersevut tidak akan berulang kembali karena lawannya sudah tidak percaya lagi misalnya.
Seperti kita ketahui, Joko saat ini tidak menjabat posisi tertentu di baik di eksekutif maupun legislatif. Dia saat ini hanyalah warga negara biasa. Namun dia berhasil membangun pertemanan yang begitu luas saat dia sebagai wartawan, orang partai, akademisi, politikus, atau pejabat negara. Pertanyaannya adalah kenapa saat Joko meninggal begitu banyak orang yang memberikan testimoni posisitif yang luar biasa? Disinilah kehebatan Joko. Joko berhasil memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada lingkungannya, termasuk bangsa, teman, kerabat dan keluarganya. Ini yang membuat orang merasa bahwa berteman dengan Joko memberikan banyak manfaat. 
Bagaimana manfaat itu dibangun Joko. Seperti kita ketahui, Joko termasuk orang yang lulus sekolah dengan predikat cumlaude. Tak banyak orang bisa memperoleh predikat tersebut. Karena itu, saya merasakan bahwa berdiskusi dengan Joko, meski dia juga banyak mendengarkan, namun banyak masukan yang dirasakan oleh lawan bicaranya.
Dengan kata lain, Joko bisa menjadi sumber yang luar biasa bagi orang yang berinteraksi dengan dia dalam mendapatkan saran dan informasi. Ini adalah salah satu manfaat yang paling sering diabaikan ketika seseorang memiliki jaringan orang-orang pintar di sekitar Anda. Jika Anda sedang mengembangkan suatu strategi bisnis misalnya, Anda mungkin mencari nasihat dari seseorang di jaringan Anda yang memiliki pengalaman di bidang bisnis. Dengan pengalamannya yang luas, Joko mampu memposisikan dan memainkan perannya sebagai sumber inspirasi bagi teman-temannya. Ini setidaknya terungkap dari testimoni dari Gatot Dewabroto yang sama-sama duduk di Tim Transisis PSSI. Juga dari Tjatur Edy yang menyebut dirinya sebagai juniornya Joko, Rizal Sukma, bahkan termasuk Mensesneg Pratikno.
Jadi pelajaran yang saya dapat dari Joko dalam membangun pertemanan adalah penting mencari teman baru dan mendapatkan orang yang bisa merekeomendasikan orang lain untuk berteman dengan kita. Kedua, bagaimana mengisi pertemanan sehingga orang merasakan bahwa kita bisa menjadi orang yang bermakna bagi orang lain, dan ketiga, apa saja yang bisa kita berikan sehingga orang tetap ingin berteman dengan kita.


Jumat, 15 Januari 2016

Model Pemasaran 4P’s Sudah Menua, Siapkah Anda dengan Yang Baru?


Dunia memang selalu berubah. Marketing communication juga dan kini berubah seolah menjadi produk, bukan lagi promosi. Lalu bagaimana dengan Anda?  
Hari-hari ini, komunikasi pemasaran mengalami perubahan drastis yang tidak pernah orang bayangkan sebelumnya. Coba lihat bagaimana orang sekarang menuntut pengalaman (experience). Bila dulu experience ini hanya dideliver saat pelanggan berinteraksi dengan produk suatu merek, kini tuntutannya jauh melampui itu. Pelanggan ingin experience hadir sebelum mereka mengkonsumsi produknya.
Experience pun dikembangkan pemasar bukan hanya pada produk melainkan mulai dari saat mereka melakukan pencarian merek untuk memenuhi kebutuhannya hingga saat produk didistribusikan. Itu sebabnya beberapa orang mengataan bahwa pengalaman kini menjadi suatu produk – yang sudah tentu bisa diberi label merek – dan bukan lagi alat untuk komunikasi pemasaran. 
Ini merupakan dampak dari berkembangnya teknologi media digital dan media sosial. Dengan teknologi tersebut permassar bisa melakukan apa yang selamna ini belum pernah dibayangkan orang. Momen ini tidak dibiarkan berlalu begitu saja oleh para pemasar terbaik di dunia. Ambil contoh Unilever. Raksasa consumer goods ini memanfaatkan media digital dalam bauran pemasaran selain tetap menggunakan campuran media sejak 2007 silam (WARC, 2007).
Hal ini dapat dilihat dari dimasukkannya anggaran digital sebagai bagian dari biaya bauran pemasaran secara keseluruhan, bukan bagian dari anggaran media untuk komunikasi pemasaran. Hal ini dilakukan karena kampanye digital melalui produksi konten yang menarik dianggap bisa memberikan hasil yang lebih daripada sekadar membayar waktu siar di televisi misalnya atau ruang media' (Financial Times, 25 Juni 2007). Dengan kata lain, konten yang bisa mengajak pelanggan terlibat mampu meningkatkan pengalaman pelanggan.
Upaya mencari nilai tambah juga tiada henti, baik melalui fitur baru atau pengalaman di web yang terus menerus disempurnakan. Menggunakan media sosial atau hanya menambahkan fitur untuk produk atau jasa yang meungkin tidak pernah banyak orang bayangkan sebelum kedatangan aplikasi model Go-Jek, Grab-Bike, dan sebagainya.
Aplikasi Kraft iFood Assistant yang memberikan resep dan sebuah fitur yang memungkin seseorang membuat daftar belanja secara otomatis lengkap dengan bahan-bahan untuk resep yang dipilih. Bahkan melalui aplikasi tersebut pelanggan bisa mencari dan menemukan lokasi toko terdekat yang menyediakan bahan-bahan tersebut. Pendekatan kreatif Kraft Foods terus dilakukan ketika kraft mengadakan lomba membuat film pengalaman mereka menggunakan aplikasi tersebut.
Nike lain lagi. Merek sepatu ini mengembangkan model digital untuk menciptakan pelanggan baru bagi pelanggannya melalui kerjasamanya dengan Apple untuk membantu pelanggan memanfaatkan Nike + . Melalui aplikasi iPod, pelari bisa mengakses situs komunitas jogging, me-log prestasi mereka dan terhubung dan membandikan pencapaian mereka dengan pelarin lain. Transmisi Nike + juga dapat dipasang di beberapa sepatu Nike yang dirancang khusus atau dilekatkan  pada sepatu lari lainnya. Strategi ini bukan sekadar komunikasi pemasaran, melainkan sebuah strategi yang berupaya membantu pelanggan dan memperkuat merek untuk meningkatkan pendapatan.
Word-of-mouth marketing juga menjadi kendaraan yang mengasyikkan bagi pemasar karena menyediakan sebuah keberhasilan yang terukur. Jika pelanggan mendukung suatu merek, mereka cenderung menyebarkannya ke rekan-rekan mereka. Inisiatif yang dilakukan Nike telah memberikan  hasil yang mengesankan sebagai diklaim oleh Nike bahwa 97 persen pengguna Nike + akan merekomendasikan layanan Nike ke teman-temannya.
Fenomena itu bisa membuat pemasar berpikir ulang tentang konsep bauran pemasaran yang menua, 4P' – product, price, place dan promotion. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pemasar kini mulai memikirkan tentang experience yang menggantikan product, everyplace menggantikan place, exchange menggantikan price dan evangelis mennggantikan promotion. Intinya, promosi sekarang memggantikan produk ketika komunikasi didorong untuk menciptakan keterlibatan pelanggan melalui experience.
Tahun 2016 diprediksi akan menjadi momentum perubahan struktural dimana investasi dan finansial  akan mulai berperan signifikan dalam membangun fondasi ekonomi yang produktif. Indonesia berpeluang memperlebar gerak investasinya melalui sektor finansial, berkat masuknya banyak aliran dana ke pasar keuangan nasional mulai tahun depan. Hal ini tak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang mengubah struktur perekonomian dari semula berbasis konsumsi menjadi investasi. Menurut dosen senior Fakultas Bisnis Sampoerna University Wahyoe Soedarmono,  sektor investasi dan finansial bakal berperan dalam struktur ekonomi tahun 2016.
Setiap organisasi selalu menghadapi tantangan besar untuk bisa mengelola perubahan secara efektif baik internal maupun eksternal. Bila tidak mampun mengelola peruabahan tersebut bisa dipastikan perusahaan atau merek tersebut terlindas oleh perubahan itu. Agar bisa bertahan di tengah arus perubahan lingkungan yang semakin dinamis tersebut, perusahaan harus terus-menerus melakukan perubahan baik di tingkat strategi, struktur, proses, maupun budaya dan beradaptasi secara cepat.
Yang dimaksud dengan perubahan disini adalah tindakan atau melakukan hal-hal yang berbeda, atau adopsi ide atau perilaku baru oleh organisasi. Perubahan juga bisa terjadi pada cara berpikir atau perilaku konvensional. Dalam konteks konspetual, dulu orang masih berusaha untuk memisahkan public relatons dengan marketing misalnya.
Public relations meliputi berbagai kegiatan yang dirancang secara luas untuk mempengaruhi opini public dan opini stakeholder tertentu yang mendukung kebutuhan perusahaan. Public relations menjadi suatu konsep, profesi dan fungsi dari manajemen serta praktek. Tujuannya adalah menciptakan goodwill dan pemahaman – hubungan positif – antara perusahaan dan stakeholdernya. Pertanyaannya adalah bagaimana mereka menciptakan experience pada pelanggannya?
Seperti dketahui, fokus public relations dan marketing memang tumpang tindih meski harus diakui bahwa di banyak perusahaan, public relations secara operasional terpisah dari marketing baik secara struktur maupun tujuannya. Tujuan utama marketing dan sales menjual produk perusahaan sementara pubioc relations “menjual” perusahaan itu sendiri.
Strategi public relations biasanya focus pada corporate brand atau product brands. Departemen public relations mempunyai tanggung jawab pada pengelolaan image perusahaan. Pertanyaannya adalah bagaimana bila suatu perusahaan memiliki merek produk yang sama dengan merek perusahaannya. Nike misalnya. Ini membuat pemisahan menjadi sesuatu yang menuntut kecerdikan. Bagaimana pula bila suatu perusahaan memilki merek yang merupakan gabungan antara perusahaan dan produk? Ambil contoh Sony Walkman.   
Pengelola organisasi kinin harus siap menghadapi tiga tantangan (Nilakant dan Ramnaryan, 2006). Tantangan pertama adalah persaingan yang semakin meningkat dalam memperebutkan sumber daya organisasi. Tantangan kedua, persaingan tersebut terjadi ditengah-tengah perubahan dunia.  Globalisasi, perubahan teknologi dan peristiwa tak terduga telah memberikan pertanda kepada dunia, bahwa perubahan berlangsung secara tidak terduga.
Ketiga, perubahan lingkungan organisasi tidak dapat diprediksi. Perubahan tersebut bisa antara lain dalam hal persaingan, preferensi pelanggan dan standar masyarakat, serta diperkenalkannya secara tiba-tiba peraturan baru yang berdampak pada organisasi. Intinya, satu-satunya kepastian dalam dunia yang berubah adalah bahwa perusahaan tidak bisa melepaskan diri dari perubahan.
Pada kondisi tersebut, organisasi harus terus-menerus bersinergi dan menghadaptasikan praktek dan perilaku internal dengan perubahan eksternal mereka. Untuk itu, organisasi perlu mengidentifikasi lingkungan mereka secara kritis dan meresponnya. Dalam kaitan ini, respon yang tepat terhadap perubahan bisa membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif (Porter, 1987).
Banyak organisasi gagal menanggapi perubahan lingkungan tersebut sehingga harus menanggung biaya kegagalan yang sangat mahal. Pada kebanyakan kasus, kecepatan dan kompleksitas menanggapi perubahan tersebut merupakan ujian bagi kemampuan bagi manajer dan karyawan dalam mengelola organisasi. Ini karena sebagai pengelola, mereka harus mempersiapkan anggotanya untuk siap menghadapi dan beralih dari situasi yang selama ini digelutinya ke situasi yang baru yang mungkin tidak diketahuinya. Kondisi ini seringkali memunculkan ketidakpastian, ketegangan dan kecemasan di kalangan karyawan serta stakeholder lainnya.
Program pengembangan organisasi (OD) sering berkaitan dengan pemecahan masalah organisasi. Dengan kata lain, begitu masalah muncul, manajer berusaha mengambil tindakan korektif yang bisa mempengaruhi pola dan nilai-nilai kerja, dan menciptakan resistensi. Tapi di sisi lain, seringkali perubahan justru harus dilakukan karena menyediakan peluang untuk tumbuh, berkembang, meningkatkan sumber daya, dan merebut peluang yang bila tidak dilakukan bisa menimbulkan dampak negatif.
Terdapat empat jenis umum perubahan organisasi, yakni perubahan administrasi, teknologi, produk, dan sumber daya manusia (Daft, 1989). Perubahan administrasi berkaitan dengan modifikasi "struktur, strategi, kebijakan, sistem penghargaan, hubungan kerja, koordinasi, dan sistem kontrol" organisasi (Smeltzer, 1991, hal. 6). Perubahan administratif dapat terjadi dalam kisaran upaya yang cukup besar untuk menerapkan struktur berbasis tim dalam hirarki organisasi tradisional.
Perubahan teknologi melibatkan pengenalan metode baru atau berbeda untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam organisasi, seperti videoconference dan sebagainya. Perubahan produk yang berfokus pada perkembangan produk (misalnya, layanan dan / atau barang) yang diciptakan organisasi. Ini mungkin termasuk pengembangan dan modifikasi lini produk dan layanan.

Akhirnya, perubahan sumber daya manusia berkaitan dengan pengembangan dan komposisi karyawan organisasi. Contoh perubahan sumber daya manusia dapat mencakup modifikasi yang dihasilkan dari inisiatif penganekaragaman atau perampingan karyawan. Kita bisa pilih salah satu, tapi juga bisa jadi kita harus memilih semuanya.

Senin, 11 Januari 2016

Mengapa Experiential Marketing Membutuhkan Public Relations?


Pertengahan Maret 2015 lalu, P&G meluncurkan produk terbaru Pampers Baby Dry Pants. Mengusung tema “Senyum Pagi Bayi No.1 di Indonesia,” peluncuran popok bayi sekali pakai itu dilakukan lewat kegiatan Marketing yang terintegrasi dengan public relations (PR) event, dan social media engagement.
Pada event launching 12 Maret 2015 itu, selain mengundang media, P&G juga menghadirkan blogger ibu-ibu untuk memperkenalkan sekaligus mengedukasi audiens terkait produk terbarunya tersebut. Pada event tersebut, venue didekorasi bak ruang tidur bayi yang penuh gambar produk Pampers, seakan ingin menunjukkan bahwa produk itu didesain agar bayi dapat tidur nyenyak.
Event peluncuran diiringi dengan kampanye digital dalam kontes foto bertajuk “Senyum Pagi Bayi No.1 di Indonesia” pada 15 Maret-25 April 2015. Pada kontes tersebut, P&G mengajak para ibu Indonesia untuk mengirimkan foto senyum ceria bayi mereka melalui microsite www.everydayme.co.id/Pampers/SenyumPagiBayiNo1. Kontes ini mendapat sambutan positif, sekitar 2.745 ibu meng-upload foto bayi mereka, dan sekitar 100 foto terbaik ditampilkan di billboard raksasa Mal Taman Anggrek pada event Pampers pada 18 Mei 2015.
Selama rangkaian kampanye Pampers Baby Dry Pants Maret-Mei 2015, P&G juga aktif memanfaatkan social media untuk meningkatkan social engagement antara brand dengan user atau konsumen. P&G menggunakan hashtag #PampersMorningSmile untuk highlight kampanye tersebut.
Dalam beberapa tahun telahir, alat pemasaran tradisional makin turun efektivitasnya. Ini karena pelanggan kini merasa jenuh karena setiap hari dibombardir dengan ribuan pesan pemasaran. Mereka  secara aktif mencari cara untuk menghindari pesan-pesan tersebut. Karena itu, pemasaran tradisional makin sulit menjangkau konsumen.
Kini terjadi perubahan dramatis dalam cara pelanggan berkomunikasi antara satu dengan lainnya.  Budaya pemasaran pun bergerak menuju dialog yang lebih interaktif di mana baik perusahaan maupun pelanggan terlibat secara aktif dalam pertukaran informasi. Dengan kata lain, pendekatan komunikasi dua arah -- kedua entitas berada dalam kontak satu sama lain secara teratur.
Transformasi dari pemasaran tradisional ke pemasaran yang berfokus pada upaya membangun dan meningkatkan hubungan berkualitas tinggi ini terbukti memberikan sejumlah hasil pemasaran yang diinginkan (Clark dan Melancon, 2013).
Hari-hari ini industri Experiential Marketing menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, event-event merek dan pertumbuhan anggaran untuk experiential menunjukkan peningkatan peningkatan. Pada 2011 misalnya, anggaran untuk event perusahaan-perusahaan di Aemrika Serikat tumbuh 3,6%,  5,0% pada tahun 2012 dan meningkat 8% pada tahun 2013 (Sumber: Event Marketing Institute 2013).
Experiential marketing adalah bentuk pemasaran yang menciptakan hubungan emosional dengan konsumen yang secara pribadi relevan dan dengan cara yang mudah diingat. Itu dilakukan dengan memanfaatkan satu atau lebih indera seperti sentuhan, rasa, bau, penglihatan, dan pendengaran, sebagai titik sentuh (contact point) atau koneksi dengan konsumen dalam bentuk pengalaman pribadi, menciptakan kenangan, dan interaktif.
Experiential bisa diciptakan dengan cara yang sederhana seperti pembagian sampel gratis di sebuah acara atau sesuatu yang kompleks seperti pada suatu acara yang direncanakan di mana merek sebagai pusat acara. Istilah experiential relatif baru, tapi konsep dasar di balik itu tidak baru. Sudah sejak lama merek melakukan pembagian sampel produk, promosi produk khusus, PR, seeding produk, dan acara khusus.  Yang baru adalah konsep keterlibatan konsumen dengan merek (consuer engagement). Untuk melibatkan konsumen, sebuah evet misalnya harus dirancang secara teliti. Tantangannya adalah bagaimana mengintegrasikan dan menciptakan touch point experiential melalui berbagai bentuk komunikasi pemasaran.
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa  lebih dari 1.600 perusahaan besar dan organisasi yang disurvei, 84% percaya bahwa bagi perusahaan mereka, event dan experiential marketing sangat penting, dan kritis. Tujuan utama dan strategi di balik menjangkau konsumen melalui event dan experiential ini adalah untuk menciptakan atau meningkatkan brand awareness, meningkatkan penjualan dan meningkatkan pengetahuan produk melalui interaksi langsung merek dan target marketnya.
Banyak yang memperkirakan bahwa tahun ini merek akan meningkatkan pengeluaran pemasaran pengalaman mereka, didukung dan diperkuat oleh PR dan digital. Ini adalah cara yang ideal untuk membuat cerita engagement mereka sendiri. Layanan ini bukan hanya  seorang ahli yang ahli dalam menghubungkan satu sama lain, tetapi keduanya bersahabat dalam perdagangan. Agency PR & experiential marketing menciptakan kemitraan strategis, saling menguntungkan.
Namun demikian harus diakui bahwa jangkauan event terbatas. Itu sebabnya, experiential marketing  membutuhkan integrasi dengan PR dan ide-ide pemasaran lainnya. Siapapun yang ditaregt, PR perlu  mengidentifikasi target media yang mereka inginkan untuk mengcover "aksi" mereka dan menjangkau para wartawan yang sesuai dengan acara tersebut.
Pemasar dapat memanfaatkan data mereka untuk menentukan siapa yang ditaget kampanye tersebut, dan bagaimana mencapai target audiens yang terbaik. Kedua departemen kemudian dapat menggunakan kontak mereka dan keterampilan promosi untuk menyebarkan berita tentang acara tersebut.
Experiential marketing memungkinkan konsumen untuk benar-benar terlibat dengan merek. Pengalaman terlibat tersebut diingat diingat oleh target audience dan mereka akan meneruskan pengalamannya itu ke orang (word-of-mouth).


Minggu, 10 Januari 2016

Bagaimana Perusahaan Menangani Dampak dari Akun Sosial Media Palsu?



Akun palsu menimbulkan ancaman bagi organisasi. Karena itu penting bagi perusahaan memiliki rencana untuk menangani risiko ini. Ada contoh di masa lalu akun yang tampaknya resmi, tapi tetap saja palsu. Akun dibentuk untuk melakukan komunikasi seolah-olah mereka berbicara atas nama perusahaan. Account ini dapat menarik banyak pengikut, perhatian media, dan mempermalukan perusahaan.
Pada tahun 2010 sebuah rig minyak meledak dan kemudian tenggelam di Teluk Meksiko. Musibah tersebut menyebabkan tumpahan minyak di laut yang dianggap sebagai terbesar dalam sejarah industri perminyakan. Rig ini dioperasikan oleh British Petroleum (BP). Tak lama setelah kejadian, pemberitaan oleh media membuat BP harus menghadapi rentetan keluhan dan kecaman dari orang-orang yang sock  dan prihatin dari seluruh penjuru dunia.
Apa yang terjadi berikutnya adalah membanjirnya komentar di Twitter. Bahkan banyak bemunculan  akun Twitter palsu dan satir yang dibuat, termasuk yang menggunakan akun @BPGlobalPR. Pukul 3:07, 19 Mei 2010 atau 29 hari terjadinya tumpahan minyak, BPGlobalPR mengirim tweet pertamanya: " We regretfully admit that something has happened off of the Gulf Coast. More to come” (Dengan sangat menyesal kami mengakui bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi Gulf Coast. (dan) Itu akan datang lebih banyak lagi."
Dalam bio akun Twitter tersebut dikatakan bahwa: "Halaman ini ada untuk mendapatkan pesan dan pernyataan misi BP yang keluar ke Twitterverse!" Akun ini tanpa ampun memposting tweet dengan humor yang mengejek BP, seperti “Kabar baiknya: Mermaids itu nyata. Kabar buruknya: mereka sekarang punah. #bpcares '.”
Dalam waktu beberapa bulan jumlah pengguna twitter yang mengikuti akun twitter palsu itu makin besar sehingga melampaui mereka yang mengikuti akun Twitter resmi BP. Mereka mendapatkan lebih dari 150.000 pengikut. Padahal follower resmi BP per minggu ketiga Mei 2010 Cuma 7 ribu.
Tiga kata terakhir di tweet pertama yang diikuti 465 tweet lainnya seakan membuat @BPGlobalPR menjadi sensasi di Twitter. Bagaimana tidak, tweet itu menghasilkan liputan media di The Wall Street Journal, The New York Times, ABC News dan tak terhitung blog yang menulisnya, serta menjadi bahan pembicaraan para penulis.
Meskipun pada awalnya, orang mengira bahwa @BPGlobalPR itu akun resmi BP, dan menumpahkan kekesalan mereka di @PGlobalPR. Namun @BPGlobalPR kemudian berubah menjadi semacam wake-up call bagi semua komunikator.Tanggapan BP untuk insiden Twitter lambat. Mungkin Anda berpendapat bahwa hal itu bisa dimengerti mengingat bahwa perhatian mereka saat itu terfokus pada upaya memperbaiki tumpahan minyak. Tetapi, kejadian ini tidak menunjukkan betapa sulitnya bagi beberapa perusahaan untuk menjaga kontrol atas reputasi mereka secara online.
Shel Holtz, pemilik perusahaan konsultan komunikasi, Holtz Communications  + Teknologi di Concord, California., mengatakan bahwa BP banyak disalahkan karena keberadaan @BPGlobalPR. "Dia tidak menyerang yang BP lakukan untuk menutupi kebocoran minyak. Dia menyerang cara BP berkomunikasi," kata Holtz. "Apakah ini awal BP melakukan tindakan hubungan masyarakat yang baik? Mereka telah membuat banyak kesalahan, dan yang menciptakan lingkungan yang hanya subur untuk sesuatu seperti yang @BPGlobalPR lakukan untuk mendapatkan perhatian orang. "
“Kurangnya kehadiran media sosial sebelum krisis juga menghambat kemampuan BP untuk menanggapi @BPGlobalPR,” kata Kevin Dugan, April, direktur pemasaran sosial Empower MediaMarketing di Cincinnati. "BP menunggu sampai krisis menghantam untuk terlibat dalam media sosial," katanya. "Sementara mereka mengubah situs web mereka menjadi sumber daya dalam informasi, orang tetap tidak peduli. Ini karena percakapan sudah terjadi di Twitter, Facebook dan situs sosial lainnya. "
Neil Chapman, head of refining and marketing communications BP, sepakat bahwa waktu telah memberikan pelajaran tentang perlunya menggunakan media sosial sebelum serangan krisis. Dalam sebuah wawancara dengan Neville Hobson, yang menjadi co-host podcast For Immediate Release with Holtz (17 Mei), Chapman mengatakan, "[media sosial] telah telah digunakan oleh sebagian besar perusahaan untuk menjadi saluran alternative dalam mengirimkan pesan keluar, (sayangnya) itu tidak dikuti dengan keterlibatan dalam percakapan ... Kami mencoba untuk bergerak sangat cepat ke daerah yang kita tidak familiar itu."
BP masuk ke dalam mode krisis. Lalu bagaimana seharusnya perusahaan mengelola dampak media sosial BPGlobalPR? BP juru bicara telah mengakui keberadaan akun @BPGlobalPR dan tampaknya menghubungi Twitter untuk memperjelas bahwa BPGlobalPR sebagai parodi. Penyelidikan ini menyebabkan @BPGlobalPR meggubah bionya, "Kami tidak terkait dengan Beyond Petroleum, perusahaan yang telah menghancurkan Teluk Meksiko selama 50 hari"
Pelajaran dari BP
Pertama, komunikasi memang tidak peduli terhadap tindakan Anda, tapi untuk berkomunikasi harus melakukan tindakan. Pejabat BP selama itu telah mengabaikan @BPGlobalPR, padahal semunya bisa dilakukan oleh BP.  Namun, sejalan dengan karakter media sosial, Holtz menguslkan agar BP menjadi lebih baik dengan memanfaatkan ide-ide yang muncul melalui crowdsourcing untuk menghasilkan solusi potensi bencana. Misalnya, BP bisa mengikuti jejak Dell Idea Storm, perusahaan yang diluncurkan pada Februari 2007 yang betujuan menyediakan pelanggan brainstorming suara atau pernyataan secara online.
"Dengan tumpahan minyak, Anda memiliki tantangan rekayasa yang belum pernah Anda tangani sebelumnya. Teknologi tidak eksis, "kata Holtz. "Pada saat yang sama, Anda memiliki insinyur lulusan universitas, insinyur di industri lain, hacker yang mungkin tahu sesuatu tentang hal ini. Jika Anda meminta mereka untuk membantu memecahkan masalah dan menawarkan hadiah, apakah Anda harus merasa kehilangan sesuatu? "
Dalam konteks ini menjadi relevan pernyataan bahwa public relations memang tidak sekadar berkomunikasi. Namun demikian, harus ada sesuatu yang dilakukan perusahaan untuk tindakan kuratif dan preventifnya. Disinilah peran para insinyur tadi, yakni memperbaiki infrastrukturnya yang rusak. BP tidak akan dapat memperbaiki reputasinya sampai mereka memperbaiki kebocoran yang terjadi. Bahkan, upaya komunikasi terbaik pun tidak akan dapat mengatasi krisis selama perusahaan tidak melakukan langkah perbaikan. Antara tindakan dan komunikasi harus seimbang karena internet kini terbukti efektif dalam mengekspos kesenjangan antara apa yang perusahaan katakan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan.
Kedua, bagaimana cara Anda berkomunikasi sehingga itu menjadi penting. Intinya perusahaan yang memiliki rencana komunikasi krisis setidaknya tidak akan terlambat dalam merespon. Holtz mereferensikan sebuah ringkasan penelitian yang dilakukan Tim dari Oxford Executive Research Briefing tahun 1995 berjudul "The Impact of Catastrophes on Shareholder Value." Briefing menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rencana krisis yang efektif terlihat menghasilkan keuntungan 5 persen bagi pemegang saham setelah 50 hari, sementara perusahaan tanpa rencana kehilangan 15 persen sampai satu tahun setelah krisis. Jika Anda membandingkan tumpahan minyak ini dengan tumpahan Exxon Valdez pada Maret 1989, BP telah kehilangan setengah dari harga sahamnya sementara saham Exxon berakhir tahun 7 persen di atas di nilai saham sebelum kecelakaan.
Belajar dan masuk terlibat dalam media sosial sebelum krisis terjadi. Media sosial dan komunikasi krisis memerlukan pendekatan yang unik. Akan tapi mereka tidak saling eksklusif satu sama lain. Dari perusahaan-perusahaan yang memiliki rencana krisis, berapa banyak dari mereka yang telah diperbarui untuk mencerminkannya sebagai media sosial? Karena sebagian besar perusahaan tidak memiliki kebijakan media sosial, maka sebagian besar perusahaan tidak siap untuk mengakomodasikan aspek sosial dari komunikasi krisis.